Sebuah ciptaan kecil yang sempurna merayap keluar dari hangatnya sebuah rahim ibu tercinta. Mencicip dinginnya dunia yang memecah tangis keras. Cipataan kecil tak tau kemana harus pergi dan melangkah bagai kertas putih tanpa noda.
Saat ciptaan kecil bertumbuh dewasa, ciptaan kecil mulai melihat keindahan semu yang sejujurnya tak perlu ia perdulikan. Ciptaan kecil menuntuk kesempurnaan bentuk sebuah ciptaan. Ciptaan kecil hanya menilai semuanya dari apa yang ia lihat... bukan dari apa yang tersimpan di dalam kekayaan sebuah jiwa.
Ciptaan kecil mulai mengejar sebuah kesempurnaan yang akan kikis oleh waktu. Kesempunaan yang menelan banyak air mata dan gundah.
Sampai ciptaan kecil sadar bahwa ia memang diciptakan sempurna. Kesempurnaannya bukan terletak pada apa yang dilihat mata, karena semua itu semu dan akan segera hilang di telan waktu.
Ciptaan kecil mulai belajar tentang makna keindahan sebuah jiwa. Yang tak terlihat mata, namun abadi dibawa sampai senja. Ciptaan kecil belajar mengerti bahwa merasa berharga dan dicintai kadang adalah keputusan.
Semua ciptaan pasti memiliki sisi indah yang dengan adil diberi oleh Sang Pencipta. Namun kadang ciptaan kecil tak menyadarinya. Karena ciptaan kecil mulai membandingkan dirinya dengan ciptaan lain dan menilai semuanya dari luar.
Ciptaan kecil, kamu bukanlah barang, bukan perhiasan yang selalu tampak elok, bukan patung toko baju yang selalu harus indah terlihat. Kamu adalah apa yang tidak terlihat.
Kamu adalah dirimu saat tak ada satupun orang yang menilaimu, kamu adalah pikiranmu dengan semua penilaian yang tidak terbaca oleh banyak orang. Dan kamu adalah hatimu saat kamu membiarkan itu tetap terbuka dan transparan di hadapan Tuhan penciptamu.
Dan sadalrilah ciptaan kecil, kamu bukan seperti apa orang memandangmu. Tapi kamu adalah caramu memandang dirimu sendiri. Apakah itu sesuai dengan cara pandang Penciptamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar